8:39 AM

80 Ekor Gajah Liar Mengobrak - Abrik kebun

Sebanyak 80 ekor gajah liar mengobrak-abrik isi kebun Widodo, warga Desa Lubok Tilam, Kecamatan Cot Girek, Kabupaten Aceh Utara, Senin (2/8) sekitar pukul 03.00 WIB. Akibatnya, 2.000 bibit cokelat dan 200 bibit durian di kebun seluas 1,5 hektare (ha) itu porak poranda.

Kawanan gajah liar juga mulai mengganas di Dusun Sarah Baro, Kluet Tengah, Kabupaten Aceh Selatan. Sebelumnya, belasan gajah telah merusak 60 ha tanaman di Dusun Damar Buih, 1 kilometer (km) dari Dusun Sarah Baro, dan menginjak hingga tewas pemilik kebun nilam yang sedang memancing, Salehuddin (30), warga Desa Koto, Kluet Tengah, Jumat (30/7) pukul 03.00 WIB.

Widodo, pemilik kebun di Cot Girek, Aceh Utara, kepada Serambi, Senin (2/8) kemarin menyebutkan, saat gajah mengamuk ia sedang tidak menginap di pondok yang terdapat di kebunnya. “Syukurnya saya tidak menginap di kebun. Gajah itu sampai pagi di sana. Baru pada pukul 08.00 WIB kawanan gajah itu pergi,” sebut Widodo.

Kapolres Aceh Utara, AKBP Herman Sikumbang melalui Kapolsek Cot Girek, Ipda Sofyan SH menyebutkan, begitu mendapat laporan dari masyarakat, pihaknya langsung menuju lokasi kejadian. “Kita berencana mengusir gajah agar kembali ke hutan. Namun, ketika kita sampai di lokasi, gajahnya sudah masuk duluan ke hutan,” ujar Kapolsek.

Begitupun, kata Kapolsek, pihak kepolisian setempat tetap siaga di lokasi, guna menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Menurut Kapolsek, amuk gajah terhadap tanaman produktif milik warga di daerah itu sudah sering terjadi. “Itu karena kawanan gajah di daerah ini telah terganggu habitatnya oleh penebang liar (illegal logging),” ujar Kapolsek.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, petani bernama Nurdin HP (45), warga Desa Suka Jadi, Dusun Abeung-Abeung, Kecamatan Cot Girek, Aceh Utara, Selasa (29/6) lalu pukul 13.30 WIB, tewas diinjak gajah. Sementara dua temannya, Rusdi dan Syafii, berhasil lolos dari kejaran gajah. Sambil lari menjauh, keduanya sempat melihat bagaimana gajah mengeksekusi mati Nurdin di dalam hutan yang berjarak 1,5 km dari rumah korban.

Kendati telah terjadi korban jiwa, namun sampai kini belum ada perhatian dari pejabat terkait untuk mengatasi gangguan dan amuk di daerah itu. “Kami harap Pak Gubernur mengirimkan gajah penjinak ke desa kami, agar gajah-gajah liar itu bisa ditangkap dan dijinakkan,” kata Usman, tokoh masyarakat di Desa Suka Jadi, Cot Girek.

Gajah mengganas
Sementara itu, Camat Kluet Tengah, Kabupaten Aceh Selatan, Muhammad Hasbi, kepada Serambi melaporkan, hingga Senin (2/8) kemarin, kawanan gajah liar masih berkeliaran dan mengganas di daerah pedalaman itu. Sebelumnya, kawanana gajah telah merusak sekitar 60 ha tanaman pertanian di Dusun Damar Buih pascatewasnya Salehuddin (30), warga Desa Koto, akibat diinjak gajah liar, Jumat (30/7) sekitar pukul 03.00 WIB.

Kini gerombolan satwa berbelalai itu hijrah, lalu merusak tanaman warga di Dusun Sarah Baro, jarak sekitar 1 km dari Dusun Damar Buih. Menurut Camat Hasbi, para petani di Dusun Sarah Baroh yang berpenduduk sekitar 63 kepala keluarga (KK) itu, mulai Senin (2/8) meninggalkan tanaman mereka yang siap panen. Mereka mengungsi ke Desa Koto, karena takut menjadi korban amuk gajah berikutnya, seperti yang dialami Salehuddin (30), warga Desa Koto, Kluet Tengah, Jumat (30/7) lalu.

“Meski telah jatuh korban jiwa, namun hingga kini belum ada upaya dari Balai Konservasi Sumber Daya Alama (BKSDA) selaku pihak yang bertanggung jawab dalam peristiwa itu untuk menanggulangi gangguan gajah yang sudah meresahkan masyarakat,” kata Camat Hasbi seraya berharap agar gangguan gajah itu bisa secepatnya diatasi.

Babi mengganas
Bukan hanya gajah, babi pun kini mengusik ketenteraman warga Aceh Selatan. Masyarakat Desa Batu Itam, Kecamatan Tapaktuan, Kabupaten Aceh Selatan, dalam beberapa hari terakhir diresahkan oleh gangguan babi hutan. Bahkan hewan pengendus limbahan itu telah memangsa belasan ternak ayam dan itik milik warga setempat.

Tuha Peut Desa Batu Itam, Tapaktuan, H Rusli, kepada Serambi kemarin mengatakan, dalam sepekan terakhir masyarakat di desa itu sangat diresahkan oleh gangguan babi hutan. Sebab, telah memangsa belasan ayam dan itik milik sejumlah warga setempat, antara lain, ayam milik Khairul. Kondisi ini telah menimbulkan kerugian besar di kalangan peternak, sekaligus mengganggu ketenteraman dan kenyamanan warga, terutama pada malam hari. Soalnya, babi-babi hutan itu sering berkeliaran di permukiman penduduk pada sore dan malam hari.

Babi-babi liar itu juga sering mondar-mandir di jalan raya, hal yang bisa menimbulkan kecelakaan. Akhir Juni lalu, misalnya, mantan Kapolsek Kleut Timur, Aiptu Eflizardi (45) meninggal akibat sepeda motornya menubruk segerombolan babi yang sedang melintas di jalan raya Kecamatan Pasie Raja. Warga setempat berharap, instansi terkait segera bertindak untuk menanggulangi gangguan hama babi tersebut dengan cara memburunya. “Jika dibiarkan berlarut-larut, dikhawatirkan babi itu akan mengejar-ngejar dan mencederai warga,” kata Rusli.