Bocah 5 Tahun Capai Gunung Tertinggi di Jawa
Luar biasa. Bisa jadi Arya Cahya Mulyana Sugianto yang baru berusia 5 tahun adalah manusia termuda yang berhasil menaklukkan puncak gunung tertinggi di Pulau Jawa, yakni puncak Semeru (yang biasa disebut Mahameru).
Orang dewasa pun tidak gampang mencapai Mahameru, dan bahkan sudah banyak pendaki yang tewas dalam perjalanan mencapai puncak itu. Namun, anak kedua dari tiga bersaudara pasangan suami istri (pasutri) pendaki Agus Sugianto dan Triyuli Mulyanti itu akhirnya mampu menancapkan bendera merah putih di Mahameru yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (dpl).
Arya yang masih duduk di bangku TK Nurul Hikmah, Pamekasan, sampai ke Mahameru bersama ayahnya dan seorang pendaki dewasa dari tim “Ekspedisi Cahaya Ramadhan”, yaitu Kusnindar, tepat pada peringatan HUT Kemerdekaan RI 17 Agustus lalu, sekitar pukul 10.45 WIB.
Sementara ibu kandungnya, Triyuli Mulyanti, guru TK Nurul Hikmah, Pamekasan, bersama empat anggota rombongan lainnya hanya mampu sampai Arcopodo. Arcopodo berada pada ketinggian 2.900 meter dpl. Arcopodo adalah wilayah terakhir di mana tanaman tumbuh, karena selebihnya hanya didapati bukit pasir dalam perjalanan ke Mahameru. Dari Arcopodo menuju Mahameru diperlukan waktu 3-4 jam, melewati bukit pasir yang sangat curam dan mudah merosot.
Seusai tiba di rumahnya di Pamekasan kemarin, kepada Surya, Agus Sugianto, menyatakan, ada rasa bangga dan senang setelah melakukan pendakian puncak Semeru bersama anaknya.
“Sebagai orangtua saya bangga karena keinginan anak saya untuk mendaki puncak Semeru berhasil tanpa halangan. Namun, anak saya masih belum puas dan ingin terus mendaki ke puncak gunung yang lain,” kata Agus.
Arya yang mendengar penuturan ayahnya langsung memotong. “Ayah, jangan lupa katakan, saya ingin naik ke puncak Gunung Slamet pada Lebaran ini,” sergah Arya.
Mendengar celoteh anaknya, Agus mengiyakan bahwa setelah Mahameru, pada Hari Raya Idul Fitri nanti, ia bersama istri dan anaknya berencana mendaki Gunung Slamet di Jawa Tengah.
Menurut Agus, Mahameru adalah puncak gunung ketiga yang telah didaki oleh Arya. Sebelumnya Arya telah melakukan pendakian ke puncak Gunung Welirang yang memiliki ketinggian 3.156 meter dpl dan Gunung Arjuno setinggi 3.339 meter dpl.
Ia menuturkan, keinginan Arya mendaki puncak Mahameru karena ingin meniru pendaki cilik Vinas Valentine Lindri Saputri asal Tulungagung yang mampu mendaki Gunung Rinjani dan Gunung Agung secara berturut-turut pada Juni 1992.
Agus, istrinya, Arya, dan lima orang dari kelompok pendaki “Ekspedisi Cahaya Ramadhan” berangkat melakukan pendakian ke Mahameru dari monumen Arek Lancor, Pamekasan, Kamis (12/7).
Rombongan tiba di Dusun Ranu Pane, Desa Argosari, Kecamatan Senduro, Lumajang, Jumat (13/8), sekitar pukul 15.30. Setelah istirahat sejenak, kemudian mereka berangkat melintasi Gunung Ayak-Ayak. “Saat itu perjalanan kami dihadang kabut tebal dan hujan deras. Namun, kami tetap berangkat,” kata Agus.
Setelah melewati pos Kalimati (ketinggian 2.700 meter dpl), mereka melakukan perjalanan menuju kamp Arcopodo. Di sana istirahat semalam, mengingat cuaca tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak Semeru.
Barulah, Senin (16/8) sekitar pukul 03.30, Agus bersama Arya dan Kusnindar bergerak menuju puncak Semeru. Ibu Arya dan empat anggota rombongan yang lain memilih tetap di Arcopodo.
Menjelang puncak Semeru, Agus mengaku putus asa lantaran perbekalan sudah habis, kemudian turun kembali ke kamp Arcopodo dan berniat pulang ke Pamekasan. Saat itu Arya menangis karena tidak mau pulang sebelum tiba di puncak. Ketika Agus melihat tim pendaki dari Jakarta baru turun dari puncak, ia minta bantuan logistik sebagai perbekalan untuk ke puncak Semeru lagi.
Esok harinya, Selasa (17/8), sekitar pukul 05.30, kembali Agus, Arya, dan Kusnindar berangkat menuju puncak Semeru dan berhasil. “Saya berada di puncak sekitar 15 menit. Karena tidak mungkin berlama-lama di tengah cuaca yang kurang baik. Berat bagi kami secara fisik. Kami kedinginan,” kata Agus.Surya.co.id