Jangan Minum Teh Saat Sahur
Makanan merupakan sumber energi. Selama berpuasa, orang membutuhkan energi dari Subuh hingga Maghrib. Namun, karena asupan makanan tidak ada selama puasa, maka sumber energi didapatkan dari makanan yang masuk selama berbuka puasa hingga sahur. Untuk itulah, asupan makanan selama berbuka sampai sahur itu haruslah mengandung sumber energi yang cukup untuk cadangan pembakaran di siang hari.
Saat sahur, pakar nutrisi Ir Marzuki Iskandar MTP menyarankan agar menu makanannya lengkap, yaitu nasi, lauk-pauk, sayur, dan buah. Makanan juga secukupnya saja sesuai kebutuhan dan jangan berlebihan. ”Suplemen boleh dikonsumsi hanya bila dirasakan perlu, misalkan badan terasa mulai sakit atau aktivitas fisik yang sangat padat.”
Sempurnakan makan sahur dengan segelas susu, begitu sarannya. Mengapa bukan teh manis? Teh manis boleh, katanya, tapi jangan terlalu banyak, karena akan membuat orang lebih sering buang air kecil, karena teh bersifat diuretika.
Terlalu banyak membuang kemih, sementara tak ada asupan air selama lebih dari 10 jam, kurang menguntungkan bagi tubuh. “Kuncinya, minumlah air putih yang cukup pada saat sahur.”
Dia juga menyampaikan tips lainnya untuk menu bersahur. Pilihlah makanan yang bertahan lama dalam lambung agar asupan energi selama puasa dapat terpenuhi. Caranya adalah perbanyak sayur dan buah, makanan sumber karbohidrat kompleks (beras merah), dan kacang-kacangan yang bisa mengikat air di dalam tubuh selama puasa. ”Hindari bumbu yang terlalu merangsang dan pedas.”
Pada saat berbuka puasa, Marzuki menekankan agar dilakukan segera sesaat azan Maghrib berkumandang. Menyegerakan berbuka itu, sambungnya, bertujuan agar gula darah yang berkurang selama berpuasa, dapat segera digantikan dengan makanan yang mengandung gula.
Kenapa harus manis? Soalnya, gula bisa cepat diproses menjadi energi.
Hindari pula ‘lapar mata’ untuk segera makan makanan besar. Jadi, berbukalah dengan sedikit makanan manis, misalkan tiga butir buah kurma dan segelas air. ”Jangan berbuka dengan makanan berat dan lengkap, karena akan membebani pencernaan dan membutuhkan waktu yang lama untuk memproses makanan ini menjadi energi.”
Mengenai makanan manis, ahli gizi ini menambahkan agar menunya tidak terlalu manis dan berlemak. ”Makanan jenis ini dapat membuat perut kaget. Selain itu, hindari minuman dingin saat berbuka, karena air dingin mudah membuat orang terserang radang tenggorokan. Jadi, awali dengan minuman hangat sebelum mengonsumsi makanan berat.”
Setelah berbuka, Marzuki menyarankan untuk mengistirahatkan pencernaan selama satu jam agar organ itu bisa menyesuaikan kembali dengan makanan. Setelah tarawih, barulah bisa mengonsumsi makanan lengkap dengan menu yang komplit. Menjelang tidur, diperbolehkan untuk menyantap makanan ringan atau buah secukupnya.
Dia menjelaskan, porsi makan pagi selagi tidak berpuasa, dapat diartikan sebagai makan saat berbuka. Makan siang disamakan dengan makan sahur, dan makan malam disamakan dengan menu lengkap setelah shalat tarawih.
Porsi makan berbuka hanya 20-25 persen dari asupan energi, misalkan menunya hanya buah, minuman, dan roti. Pada makan sahur, porsinya adalah 40 persen dari kebutuhan energi sehari dengan menu lengkap (nasi, lauk-pauk, sayur, buah, dan susu). Menu setelah shalat tarawih, sama porsinya dengan makanan sahur, yaitu 40 persen dari total kebutuhan energi sehari.