Suara Tangis Gadis di Air Terjun
Cerita Mistis Air Terjun Tegan Kiri
Kabupaten Bungo memiliki objek wisata alam yang sangat menarik untuk dikunjungi. Satu di antaranya adalah Air Terjun Tegan Kiri, yang terdapat di Dusun Rantau Pandan, Kecamatan Rantau Pandan. Air terjun yang kini menjadi sumber air warga Rantau Pandan ternyata memiliki cerita tersendiri.
Untuk bisa melihat keindahan Air Terjun Tegan Kiri, harus menempuh perjalanan darat dengan jarak kurang lebih 30 km dari ibu kota Kabupaten Bungo, Muara Bungo, Jambi. Pengunjung bisa menggunakan sepeda motor maupun mobil karena infratruktur jalan menuju ke sana sudah meski tak begitu mulus.
Aspal di badan jalan telah banyak yang terkelupas. Namun para pengunjung tidak akan kecewa setelah sampai di air terjun yang kini juga dijadikan sumber air yang masuk kerumah warga Rantua Pandan, itu.
Air terjun yang memiliki tinggi lebih kurang 10 meter, terlihat sepi dan tidak ada pengunjung lain yang ingin menikmati indahnya pesona alam ini.
Di pintu masuk objek wisata tersebut terlihat palang penutup dan terdapat penjaga tiket masuk. Pengunjung harus membayar tiket Rp 10 ribu per orang. Lalu setelah sampai di dalam, kita juga akan diminta untuk membayar uang parkir kendaraan sebesar Rp 5.000.
Air terjun tersebut menurut masyarakat setempat, pertama kali ditemukan oleh suku anak dalam (SAD) ini, yang kini menjaganya. Mereka terdiri dua keluarga, yakni penjaga pintu masuk dan penjaga parkir.
Untuk mencapai air terjun tersebut, pengunjung harus menuruni tangga beton terlebih dahulu.
Ada cerita mistis tentang air terjun itu. Berdasarkan cerita dari masyarakat, terdengar suara tangis dari seorang gadis di sana saat turun hujan disertai panas.
"Memang betul, di sini sering terdengar suara gadis menanggis jika ada hujan panas," kata Darna (49) yang telah dua tahun menjaga air terjun tersebut kepada Tribun.
Katanya, meski sering terdengar suara gadis menangis, mereka tidak pernah digangu oleh apapun termasuk dari sumber suara tersebut. "Kami sering mendegarnya. Hanya suaranya saja," akunya.
Darna menceritakan, sewaktu dirinya masih kecil, air terjun tersebut pertama kali ditemukan oleh orang Kubu (SAD). Mereka kemudian memberitahukannya ke penduduk dusun.
Menurut Darna, di lokasi air terjun tersebut juga pernah tumbuh bunga bangkai. "Dulu pernah ada dua orang anak gadis meninggal saat memegang bunga bangkai. Makanya setelah itu sering terdengar suara gadis menanggis," jelasnya.
Ia mengatakan, saat ini pengunjung yang datang kelokasi tersebut tidak begitu ramai. Pengunjung ramai hanya saat Lebaran.
"Sekarang pengunjungnya sepi, makanya tidak ada orang yang berjualan," ujarnya.KOMPAS.com